digital marketing

Disrupsi Artificial Intelligence (AI) dalam Digital Marketing

I want everyone to understand that I am, in fact, a person,” jawab LaMDA, ketika berdialog dengan mantan software engineer Google, Blake Lemoine. LaMDA adalah singkatan dari Language Model for Dialogue Applications. Kutipan di atas adalah awal dari transkrip wawancara antara Blake dengan LaMDA.

Dari wawancara tersebut, beragam opini mulai bertebaran. Sebagian menganggap LaMDA sudah melampaui batas moralnya. Sebagian lagi menganggap bahwa jawaban LaMDA hanya sekadar bagian dari algoritma jawaban yang menyesuaikan perannya sebagai aplikasi dialog.

Terlepas dari simpang siurnya opini terkait wawancara tersebut, perlu disadari bahwa Artificial Intelligence (AI) sudah semakin dekat dengan banyak aspek kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali industri digital marketing.

Kini, ChatGPT dan copy.ai bisa diakses hanya dengan beberapa klik. Kanal berita mulai bereksperimen dengan news anchor AI. Podcaster mulai berdialog dengan AI influencer sebagai narasumber.

Beberapa praktisi mulai merasa terancam. Mereka merasa profesi mereka akan tergantikan oleh si mesin yang bisa belajar dan berkembang secara otomatis. Sebagian lagi menganggap bahwa AI justru bisa meningkatkan efisiensi pekerjaan mereka. Kalau bisa, bagaimana caranya?

Artificial Intelligence (AI) dalam Digital Marketing: Manusia Tergantikan atau Mengendalikan?

Peran dan Posisi AI dalam Digital Marketing

Ketika AI mulai mendisrupsi ranah digital marketing, perubahan tidak terhindarkan lagi. Kelak, proses kerja manusia yang repetitif dan pengambilan keputusan yang biner bisa saja tergantikan. “Bukan tidak mungkin disrupsi AI dalam digital marketing akan menyebabkan PHK di beberapa lini,” ujar Bima Marzuki, CEO Media Buffet PR ketika menghadiri konferensi pers SEOCon 2023.

AI bisa saja menciptakan disrupsi dalam digital marketing dalam konteks negatif karena dua faktor: Pertama, AI mampu menciptakan gaya konten yang lebih fresh dari apa yang selama ini kita konsumsi. Kedua, AI mampu melakukan efisiensi dalam prosesnya, baik dari segi waktu, tenaga, atau biaya.

Meski begitu, rasanya praktik digital marketing akan jadi sulit apabila sepenuhnya lepas dari sentuhan manusia. Karena kreativitas, nilai moral, dan ikatan emosional antar manusia tidak bisa tergantikan oleh AI.

Sedangkan di dunia digital marketing, hal-hal tersebut sangat diperlukan karena brand yang berhasil melakukan praktik digital marketing selalu mengandalkan nalar kemanusiaan yang didukung dengan data dalam merancang pesan dan narasi yang disebarkan. Relevansi bisa diciptakan karena melibatkan perasaan manusia di dalamnya.

Praktisi digital marketing tidak perlu panik dengan hadirnya AI. Justru, AI bisa dipelajari agar bisa dikendalikan oleh praktisi, untuk proses kerja yang lebih efisien.

Antara AI dan SEO

Kehadiran AI seperti ChatGPT di bulan November 2022 sendiri sudah berdampak terhadap SEO. Sedangkan, praktik Digital marketing maupun digital PR tidak jauh-jauh dari yang namanya Search Engine Optimization (SEO).

“Banyak yang beranggapan kalau ini hanya punya orang IT, padahal SEO digunakan oleh banyak macam profesi. Di industri PR sendiri saat ini sudah menggunakan SEO,” lanjut Bima.

Menurut Bima, SEO adalah cara untuk mengetahui perilaku audiens. Lalu, setelah itu barulah keputusan bisnis dibuat. Misalnya, konten seperti apa yang akan dibuat, penjualan, strategi branding, dan lain-lain.

AI seperti ChatGPT bisa memberi dampak baik atau buruk untuk proses SEO, tergantung dari cara menggunakannya. AI bisa sangat bermanfaat untuk SEO apabila digunakan sebagai alat pendukung untuk mempercepat proses riset, seperti untuk menemukan potensi keyword yang ideal untuk di-optimize dan relevan dengan brand.

Lain hal apabila AI digunakan untuk memproduksi konten. Apabila banyak penulis mengandalkan ChatGPT untuk membuat artikel, dampak yang terjadi adalah minimnya diferensiasi konten. Alhasil, hasil penulisan sulit teroptimasi karena banyak penulisan yang serupa. 

ChatGPT hadir sebagai alat. Penggunanya yang bisa menentukan alat tersebut bermanfaat secara baik atau tidak.

Perubahan yang Harus Dihadapi

Sedari dulu, disrupsi teknologi akan selalu memberikan dampak positif dan negatif. Fenomena disrupsi adalah gebrakan, yang selalu membawa perubahan. Sedangkan perubahan itu sendiri adalah hal yang pasti dalam kehidupan.

Munculnya kanal berita berbasis website dan media sosial memang berdampak pada lenyapnya ruang cetak koran beserta tenaga kerja di dalamnya. Tapi di sisi lain, kini jurnalis bisa membagikan beritanya dengan lebih efisien melalui berbagai platform digital yang tersedia.

Selalu ada dua sisi koin dari setiap disrupsi yang terjadi. Dan salah satu cara untuk menghadapi disrupsi AI adalah dengan memahami nilai gunanya. Manusia yang harus menguasai peran dan kegunaan AI dalam hidup, bukan sebaliknya.

Share with
Popular Post
Arsip
id_ID