Memiliki kompetitor merupakan suatu hal yang lazim bagi perusahaan di dalam dunia industri. Jika dunia industri diibaratkan sebagai “medan perang”, maka hubungan antara perusahaan dengan kompetitornya akan menjadi pertarungan yang tiada habisnya.
Lantas bagaimana jika salah satu kompetitor sedang mengalami krisis PR? Dapatkah hal ini menjadi pertanda bahwa perusahaan telah memenangkan pertarungan panas tersebut?
Sebelum menjawabnya, Media Buffet PR pernah menulis artikel yang berkaitan dengan ,krisis PR dan bagaimana krisis PR dapat menjadi sebuah ancaman bagi perusahaan.
Lalu setelah mengetahui apa itu krisis PR dan bagaimana hal tersebut dapat menghambat jalannya operasional perusahaan, maka PR agency hendaknya menaruh perhatian sekaligus belajar dari kasus-kasus krisis yang dialami oleh perusahaan lain, terutama kompetitor. Hal ini dilakukan oleh Media Buffet PR dengan merangkum ,kasus-kasus krisis PR yang terjadi di beberapa perusahaan pada tahun 2021.
Kembali kepada pertanyaan “Akankah kondisi krisis PR yang dialami kompetitor dapat menjadi angin segar bagi sebuah perusahaan?”
Snowball Effect: Krisis PR yang Berpotensi Menular
Mari kita flashback ke kasus dimana pertama kali terkuak bahwa adanya penyelewengan dana umat yang dilakukan oleh lembaga filantropi Aksi Cepat Tanggap (ACT) pada 2 Juli 2022 lalu. kasus ini semakin hangat diperbincangkan setelah media menyoroti bahwa selama ini para petinggi dari lembaga ACT memiliki gaji fantastis dan fasilitas-fasilitas yang mewah. Sampai saat ini pihak kepolisian sudah menetapkan empat petinggi lembaga ACT sebagai tersangka.
Meskipun secara langsung kasus ini berdampak negatif hanya kepada lembaga ACT, namun jika dilihat buntut dari kasus ini, maka operasional lembaga-lembaga filantropi lainnya dapat pula terancam. Bagaimana bisa?
Teori yang mendukung untuk menjawab pertanyaan ini adalah teori Snowball Effect. Dimana teori tersebut mengatakan bahwa kesalahan yang terjadi dalam hal-hal kecil dapat berakhir dengan membawa kita ke dalam perkara yang besar. Begitu pula yang terjadi pada kasus ACT.
ACT merupakan salah satu lembaga filantropi terbesar yang sangat erat kaitannya dalam mendapatkan rasa simpati dari masyarakat. Maka dengan adanya kasus ini, rasa simpati bahkan kepercayaan masyarakat akan hilang. Masyarakat juga berpotensi untuk ragu dalam berdonasi melalui lembaga filantropi lainnya. Maka dari itu, krisis yang dialami ACT tidak semata-mata menjadi angin segar bagi lembaga filantropi lainnya. Ibarat rumah tetangga yang sedang kebakaran, bisa saja api merembet ke rumah kita juga.
Media Buffet PR sebagai PR Agency di Jakarta, senantiasa memberikan insight-insight kepada klien terkait apa saja yang sedang terjadi di dalam industri maupun kompetitor dari klien tersebut. Sehingga klien dapat melakukan mitigasi isu-isu yang berpotensi mengakibatkan krisis. Media Buffet PR juga memberikan pelayanan terkait bagaimana cara meng-handle suatu krisis, mulai dari tahap pre-crisis sampai pada tahap pasca-crisis. Hal tersebut sudah pernah dilakukan dalam meng-handle kasus ,krisis PR yang dialami oleh Zap Clinic.
Crisis mitigation menjadi tugas bagi praktisi PR di sebuah perusahaan untuk tetap waspada dan selalu melakukan monitoring baik itu terhadap industri maupun kompetitornya sendiri. Dengan seperti itu, perusahaan dapat melakukan mitigasi terhadap isu yang berpotensi mengancam jalannya operasional, bahkan menodai nama baik perusahaan yang sudah dibangun susah payah bertahun-tahun.