sejarah digital pr

Sejarah Digital PR: Ketika Public Relations Menjadi Digital!

Ada digital marketing, ada juga digital PR. Memasuki zaman di mana sekarang frasa apapun ditambah-tambahin kata ‘digital’ melulu, kebayang gak, praktik Public Relations di dunia digital itu kira-kira seperti apa? Pastinya bukan sekadar mengubah aktivitas PR yang offline jadi online ya~

Digital PR adalah proses yang kompleks, butuh waktu dan tenaga yang gak sedikit, dan melibatkan banyak banget hal yang harus kamu urus secara bersamaan. Mulai dari website, konten, SEO, backlink, UI/UX, dan masih banyak lagi printilan lainnya.

Makanya, walaupun Media Buffet PR itu adalah PR agency, di dalamnya ada tim digital juga yang siap mendongkrak digital presence dari brand kamu, dan jadi peringkat satu dari hasil pencarian Google!

Nah, melihat industri Public Relations yang sudah going digital begini, sebenarnya sejak kapan sih praktik PR jadi serba digital?

Sejarah Digital PR

Digital PR Berawal dari Link Building

Seperti kebanyakan sumber keilmuan lainnya, digital PR juga awalnya mulai terdengar di sisi barat bumi, lebih tepatnya di Amerika Serikat. Bisa dibilang, digital PR berawal dari tahun 2012, saat Google merilis Google Penguin Update 2012.

Carrie Rose, CEO Rise at Seven bercerita panjang lebar tentang ini. Kala itu di Negeri Paman Sam, para pelaku bisnis dan marketers di sana sudah menyadari betapa pentingnya digital presence bagi brand. Dan mereka juga tahu, bahwa saat itu link building adalah cara tercepat untuk memuncaki peringkat satu Google secara organik.

Sebelum tahun 2012, mereka bisa mengakali sistem dengan membeli backlink sebanyak-banyaknya, entah dari bloggers maupun directory (contoh directory: Artikel berjudul “10 PR Agency terbaik di Indonesia!” yang dipenuhi external link di dalamnya).

Akibatnya, spam dan manipulasi link building terjadi di mana-mana. Jumlah website baru membludak karena banyak banget yang jualan backlink. Mengutip dari ,Internet Live Stats, pasca Dot-com Bubble, pertumbuhan jumlah website baru yang terbesar terjadi di tahun 2011-2012 sebesar 101%.

Angka pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan 2016-2017 di angka 69%, dan 2010-2011 di angka 67%. Data ini secara gak langsung menunjukkan dominasi Google dalam mendikte strategi SEO yang diterapkan orang-orang di awal dekade 2010-an.

Baca juga: Definisi Digital PR di Media Buffet

Apa Itu Google Penguin Update 2012?

Saat itu, pemodal terbesar sudah pasti menang. Kompetisi page ranking Google terasa tidak adil. Karena the biggest spender sudah pasti akan mendapatkan backlink terbanyak. Kualitas konten dan website dikesampingkan. Tapi Google tidak tinggal diam.

Menyadari banyaknya website yang melakukan praktik pembelian dan manipulasi jumlah backlink, Google akhirnya merilis Google Penguin Update 2012. Gampangnya, update algoritma ini bisa melacak backlink yang sifatnya manipulatif, spammy dan tidak relevan dengan link yang dituju.

Bersamaan dengan itu, pertumbuhan jumlah website di tahun 2012-2013 menurun drastis di angka -3%. Coincidence? I think not!

Berkat update tersebut, akhirnya era baru dimulai. Para marketers harus memutar otak agar digital presence dari brand mereka tetap bertahan, tanpa membeli backlink.

Saatnya Era Digital PR Dimulai

Pasca Google Penguin Update 2012, website mulai dituntut untuk memiliki kualitas, relevansi konten dengan industri terkait, serta backlink yang organik dan relevan dengan topik. Masa kelam algoritma Google yang penuh tipu-tipu sudah berlalu, dan sekarang kompetisi menuju halaman utama pencarian Google jadi semakin setara.

Alhasil, strategi SEO bergeser dari yang awalnya penuh dengan metode black hat, kini menjadi effort yang lebih organik. Sekarang, bukan hanya kuantitas konten yang diadu. Kualitas juga mulai jadi bahan pertimbangan. Karena sekarang hanya konten yang memiliki kualitas dan relevansi akan topik yang berhak mendapatkan backlink.

Pendekatan untuk mendapatkan backlink juga menjadi beragam. Seperti membangun relasi dengan komunitas blogger, hingga melakukan lobbying kepada media-media untuk memuat konten yang mereka buat. Pastinya, kalau membawa konten ke teman-teman media, artinya konten yang newsworthy yang akan diterima. Contohnya seperti infografis atau hasil riset.

Sampai sini, mulai kecium kan bau-bau aktivitas Public Relations-nya? Itu lah awal dari integrasi aktivitas digital marketing dengan PR menjadi digital PR. Dua-duanya bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. Yaitu membangun digital presence suatu brand seluas mungkin, dengan reputasi digital yang sebaik-baiknya!

Share with
Popular Post
Arsip
id_ID