Pada (05/10) CNNIndonesia.com merilis artikel berjudul Merayakan Penampilan ‘Palsu’ (G)I-dle di Jakarta yang ditulis oleh Muhammad Andika Putra. Artikel tersebut mengulas penampilan girl band asal Korea Selatan, (G)I-dle, saat tampil pertama kalinya di Jakarta pada gelaran Spotify on Stage Jakarta 2019 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, (4/10) lalu.
Menurut tulisan Andika, penampilan berdurasi 30 menit tersebut penuh dengan kepalsuan. Artikel ditutup dengan pernyataan, “Tak peduli apakah sang idola tampil secara langsung ataupun lip sync. Toh, yang terpenting mereka telah bertemu dengan sang idola. Sekali lagi, mereka merayakan kepalsuan penampilan (G)I-dle.”.
Tentu saja cacian tersebut membuat geram ratusan penikmat musik K-pop di Indonesia. Hal itu setidaknya terlihat pada media sosial Twitter. Enam hari pasca tulisannya dimuat, 570 netizen menyerang tulisan Andika dengan komentar kritis hingga bernada marah dan benci.
Amarah netizen tidak hanya tertuju pada karya Andika dan media yang menaunginya, netizen juga menyerang latar belakang pribadi penulis. Seperti yang diungkapkan oleh pemilik akun twitter @SnadiraSyifa “CNN sudah mencoreng arang di nama redaksinya sendiri. Tulisan yg ga berbobot banget. Tamatan mana sih??”.
Menyiram bensin dalam sulutan api, akun Twitter @septemburn menyertakan capture profil LinkedIn yang memuat informasi bahwa Andika merupakan alumni Universitas Padjajaran yang menyandang predikat juara bertahan The Best School of Communication.
Fenomena ini cukup menggelitik saya yang dekat dengan kedua bidang yang ramai dibincangkan ini. Sebagai penikmat musik K-pop selama satu dekade, linimasa saya jadi geger dengan mutual yang ngamuk-ngamuk. Di sisi lain, saya juga berasal dari almamater yang sama dengan sang penulis. Banyak alumni Universitas Padjajaran yang ternyata mendukung opini Andika. Lalu, apakah seluruh opini penulis dalam artikelnya bisa dipertanggungjawabkan?
Andika menulis, “Beruntung, Soyeon, salah satu personel yang dianggap sebagai leader (G)I-dle, tampil secara langsung. Tampaknya, hanya Soyeon yang benar-benar bernyanyi. Soyeon mengisi bagian-bagian rap pada beberapa lagu, salah satunya adalah “Uh Oh”. Penampilan yang luar biasa. Seraya berjoget, Soyeon masih mampu menghasilkan suara yang stabil. Jelas berbeda dengan kelima rekannya.”
“Soyeon tampak menonjol ketimbang lima personal lainnya. Selama aksi panggung berlangsung, hanya Soyeon seorang diri yang menggunakan mikrofon genggam. Sementara kelima lainnya hanya bermodal mikrofon clip-on yang membuat mereka lebih leluasa dan fokus untuk berjoget. Hal ini seolah mengonfirmasi aksi lip sync yang dilakoni.” tambahnya.
Dalam setiap penampilan K-pop idol, adalah hal yang lumrah jika hanya main vocal dan main rapper saja yang menggunakan mikrofon genggam, sisanya menggunakan mikrofon kepala atau headmic. Teknik ini dilakukan karena kedua peran tersebut lebih mengontrol pernafasan, terutama main rapper, dalam group (G)I-dle yaitu Soyeon. Kecuali, ada penampilan spesial dari group tersebut, maka seluruh anggota akan menggunakan mikrofon seragam.
Jadi pembagian penggunaan mikrofon genggam dan mikrofon kepala ditujukan untuk menunjang keseimbangan kualitas vokal yang stabil dan performa tarian yang bergairah.
Tidak hanya mendapatkan komentar bernada kontra, penikmat musik dan beberapa jurnalis menyuarakan opini dukungan kepada penulis, seperti @RaiNathania yang melontarkan “Btw, ini ulasan. Kalau pengen baca yang isinya kalian pahami sbg “berita” itu = siapa, di mana, kapan, urutan lagu (tanpa sudut pandang penulisnya) Go read setlist & press release.”.
Terdapat ambiguitas antara berita atau opini pada tulisan Andika. Jika pembaca mengakses tulisan tersebut melalui browser desktop terdapat keterangan “Ulasan Konser” berwarna merah yang berada tepat di atas judul. Namun, jika tulisan diakses menggunakan browser mobile, tulisan “Ulasan Konser” tidak ditemukan. Hal tersebut membuat banyak penggemar K-pop tersulut karena berspekulasi bahwa artikel yang ditulis oleh Andika adalah “berita” yang dirilis oleh CNN Indonesia.
Netizen merasa artikel tidak layak disebut berita karena mengandung pendapat pribadi penulis, yang bukan merupakan suatu fakta karya jurnalistik.
Saya pun bertanya-tanya identitas tulisan ini, apakah berita yang ditulis oleh jurnalis CNN Indonesia atau ulasan konser yang ditulis oleh kolumnis atau kontributor CNN Indonesia?
Kejadian salah kaprah ini cukup sering terjadi kepada artikel yang ditulis oleh kolumnis CNN Indonesia. Terjadinya kesalahpahaman ini terjadi karena portal berita dan blog jurnalis diletakkan dalam medium website yang sama. Portal berita memuat berita yang ditulis berdasarkan kaidah jurnalistik yang berimbang, sedangkan blog jurnalis mewadahi penyaluran aspirasi atau opini.
Bekerja di Media Buffet PR, saya juga pernah menghadapi tulisan pedas dari CNN Indonesia yang ditujukan untuk salah satu klien kami. Kami kemudian mengajukan hak jawab terhadap artikel kolumnis. Sayangnya pemuatan hak jawab tersebut mengalami kendala karena cukup sulit mendapat respon dan entah bagaimana struktur redaksinya.
Hal lain yang membuat artikel CNN Indonesia ini mengecewakan penggemar K-pop adalah status CNN Indonesia yang berada di bawah Trans Media yang selama ini di cap korea friendly. Bagaimana tidak, PT Trans Media Corpora telah meneken Head of Agreements (HoA) dengan raja industri K-pop, SM Entertainment, pada Februari lalu untuk sebagai bentuk kolaborasi industri hiburan Korea-Indonesia. Kedua perusahaan ini melakukan joint venture company dengan empat kerja sama strategis yakni talent management, produksi konten, digital, dan gaya hiburan.
Kontradiksi identitas perusahaan dengan konten ini menyebabkan potensi krisis baru bagi CNN Indonesia. Media yang biasanya memanjakan penggemar Korea itu tiba-tiba melawan arah. Hingga saat ini, belum ada satupun tanggapan dari pihak CNN Indonesia. Padahal di laman beritanya sendiri, 18 netizen sudah menyuarakan pendapatnya.
Menurut saya, CNN Indonesia perlu distingsi yang jelas terhadap identitas artikelnya. Bedakan jenis artikel dan siapa penulisnya. Terlalu bias antara artikel berita atau opini, subjek penulis sebagai jurnalis resmi CNN Indonesia atau Kolumnis pun ikut melebur.
Untuk penulis, jika artikel ulasan tidak ingin terkesan “bohong” sebaiknya melakukan riset lebih mengenai teknis show Korea. Satu genre/budaya musik tidak bisa disama artikan dengan yang lain.
Kepada penggemar K-pop Indonesia, jika karya seseorang salah, bukan berarti pribadi orang tersebut juga salah.