Membangun personal branding dengan tap in trends

Lagi Membangun Personal Branding? Coba Tap in Trends

Dulu, kita membangun personal branding dengan cara konvensional—melalui prestasi, networking langsung, dan reputasi yang berkembang secara bertahap. Kesempatan buat dikenal luas itu terbatas dan biasanya butuh waktu lama.

Sekarang? Semua orang punya panggung sendiri. Berkat media sosial seperti TikTok, Instagram, dan X, personal branding bisa terbentuk dalam hitungan jam, tergantung seberapa cepat seseorang bisa tap in trends yang lagi hype. Media sosial memberi kesempatan buat siapa aja buat dikenal lebih luas, tapi sekaligus membuat seseorang lebih rentan terhadap perubahan opini publik yang super cepat.

Buat Gen Z, yang basically hidup di media sosial, personal branding itu lebih ke “real-time game.” Mereka bukan cuma konsumsi konten, tapi juga ikut berpartisipasi dalam tren yang berkembang. Makanya, kalau mau eksis dan punya branding kuat, kamu harus paham gimana cara kerja algoritma, tren, dan vibes dari audiens digital.

Kenapa Tap In Trends  Itu Wajib?

Bukan sekadar ikut-ikutan, tap in trends merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan engagement dan eksposur. Algoritma media sosial suka banget sama konten yang relevan dan tren terbaru, jadi kalau kamu tahu cara memanfaatkannya, personal branding bisa makin kuat. Tapi, jangan lupa kuncinya — gimana tren itu bisa nyambung sama identitas kamu, biar nggak keliatan maksa atau kehilangan keunikannya.

Saat Pak Anies Aktif di TikTok

Contoh personal branding menggunakan tap in trends yang banyak menarik perhatian adalah ketika Pak Anies Baswedan bermain di TikTok hingga Linkedin. Kalau biasanya politisi terkesan kaku, dia justru adaptif dan masuk ke percakapan Gen Z dengan santai.

Supaya lebih familiar di kalangan anak-anak Gen-Z yang jadi target audiensnya, Pak Anies memposting konten-kontennya dengan format populer di kalangan anak muda, seperti POV videos, sound trends, atau meme politik yang dikemas lebih ringan. Hasilnya? Engagement-nya meledak.

Netizen sampai punya inside joke sendiri seperti, “Iya Nies, iya”, “TikTok-an mulu, pengangguran ya?” dan “Chronically online banget nies” Bahkan, ada yang sampai komen, “Ini siapa sih tim PR-nya? Mau salim!” sebagai bentuk apresiasi ke strategi digitalnya yang cerdas dan relatable.

Strategi Anies Baswedan ini nunjukin bahwa personal branding di era sekarang nggak cuma soal pencitraan formal. Bisa masuk ke percakapan digital dengan cara yang relevan dan ringan itu jauh lebih efektif buat nge-build engagement dan trust.

Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Tap in trends bukan sekadar mengejar viralitas. Lebih dari itu, kamu bisa memanfaatkannya untuk memperkuat identitas digital. Beberapa pelajaran yang bisa diambil dari menggunakan trends untuk personal branding:

  • Jangan cuma ikut tren, tapi kasih twist yang nyambung sama branding kamu.
  • Konsistensi itu kunci. Nggak cukup sekali viral, kamu harus tetap aktif dan relevan di platform yang kamu pakai.
  • Interaksi lebih penting dari sekadar views. Netizen bakal lebih engage kalau kamu beneran ngobrol sama mereka– bahkan saling kirim meme pun bisa meningkatkan engagement dengan viewers, bukan sekadar posting terus hilang.

Buat Gen Z, tap in trends itu bukan cuma strategi branding, tapi juga cara buat connect sama komunitas digital. Kalau kamu bisa baca tren dengan tepat dan eksekusinya cerdas, personal branding kamu bakal makin solid dan relevan di era media sosial yang serba cepat ini.

Penulis: Raceka Diva

Share with
Popular Post
Archives
en_US