strategi marketing duolingo

Strategi Marketing Duolingo: Cara Viral Lewat Humor Campaign

Sebagai first jobber di creative agency, awalnya saya pikir branding harus rapi dan serius. Tapi, makin lama saya sadar humor bisa jadi strategi marketing yang ciamik!

Salah satu brand yang mahir memanfaatkan humor untuk membangun loyalitas dan engagement adalah Duolingo, platform belajar bahasa asing. Dari mengancam pengguna mereka buat belajar, nge-roasting netizen di Twitter, sampai bikin maskotnya sendiri ‘meninggal dunia’, Duolingo ngerti banget cara bikin campaign yang relate sama audiens.

Markipas, mari kita kupas tuntas kenapa strategi marketing viral Duolingo bisa se-efektif itu!

Duolingo = Branding yang Unik, Nyeleneh, dan Savage

Duolingo memposisikan brand mereka bukan sekedar aplikasi belajar bahasa, tetapi juga sebagai karakter. Bayangin, aplikasi edukasi lain mengingatkan user-nya buat belajar pakai cara formal. Sedangkan, Duolingo? Mereka memilih jadi karakter ngeselin yang nge-push user-nya belajar pakai ancaman, seperti “Belajar atau aku ke rumahmu!”. Ancaman yang biasanya terkesan menakutkan malah jadi humor, para user auto nyebarin push notification itu ke media sosial. Hasilnya? Jadi meme, viral, dan orang makin penasaran sama Duolingo.

Taktik ini disebut meme marketing—strategi marketing yang memanfaatkan meme untuk menyebarkan pesan pemasaran dengan style lucu & relatable. Tak hanya menghibur, meme juga mudah dibagikan dan sudah menjadi bahasa universal Gen Z hingga milenial di media sosial. Dari taktik ini, Duolingo mendapat User Generated Content (UGC) berupa meme secara organik! Meme ini meledak jadi tren viral, tanpa harus mengeluarkan biaya iklan mahal.

Keputusan Duolingo menggunakan meme sebagai strategi marketing mereka ini hasil dari effort Social listening Duolingo. Brand ini rajin mantau tren, opini, dan sentimen netizen sebelum bikin konten. Sehingga mereka paham audiensnya menyukai humor absurd, dark jokes, dan branding yang nyeleneh. Makanya, mereka konsisten jadi brand yang savage, lucu, sedikit ‘psikopat’, tapi tetap lovable! Dengan masuk ke percakapan yang sedang tren, Duolingo selalu berhasil bikin engagement meledak tanpa terlihat maksa. 

Campaign “Duo Meninggal”

Pada Februari 2025, Duolingo tiba-tiba mengumumkan “Duo meninggal dunia karena tabrak lari oleh Tesla Cybertruck”. Kabar ini langsung viral dan bikin audiens panik campur sedih, bahkan sampai Dua Lipa ikutan posting ucapan duka. Tapi, ternyata semua ini ternyata cuma strategi marketing aja, lho!

Campaign “Duo Meninggal” ini tidak hanya berhasil bikin audiens heboh, tetapi juga bikin brand besar tap in di campaign mereka. Spotify, Netflix, Oreo, sampai Tesla ikutan bikin konten tentang kematian Duo, bahkan media besar seperti BBC dan BuzzFeed juga meliput berita tersebut. Tanpa mengeluarkan biaya iklan sama sekali, Duolingo berhasil dapat publisitas gratis yang gila-gilaan! 

Dari Duolingo, Kita Bisa Belajar kalau…

  • Branding bukan hanya sekadar logo dan warna, tetapi juga cara brand berbicara pada audiensnya
  • Maksimalkan aktivitas social listening untuk mendengarkan audiens dengan membaca tren dan sentimen di media sosial
  • Saat ini audiens kurang menyukai iklan, mereka suka cerita yang membuat tertawa atau baper. Penting bagi sebuah brand untuk bisa menyentuh emosi audiensnya
  • Konsistensi dalam membangun persona brand menjadi kunci untuk bikin brand kamu engage dengan target audiens yang sesuai

So, menurut kamu strategi marketing campaign Duolingo ini terlalu gila atau jenius?

Oleh: Zhalwa Mawar

Share with
Popular Post
Archives
en_US