Cuek Culture: Fenomena Kontroversial di Dunia Marketing

Siapa yang inget promosi berujung tragis film remake “A Business Proposal”? Dari segi branding, kasus ini cukup menarik untuk dibahas karena salah satu pemerannya, Abidzar, membuat pernyataan kontroversial yang menuai hujatan dari netizen. 

Namun, bagaimana jika ternyata Abidzar sengaja “dibuat” blunder oleh Falcon sebagai taktik marketing dengan konsep: “Bad marketing is still marketing”?  Great theory, tapi ingat “The minute you don’t have a back-up plan, you’ve admitted you’re prepared to fail”. Begitupun dengan film remake ini yang hanya mendapat 6,894 penonton di hari pertama penayangan dan malah terkena fenomena “Cuek Culture”.

Yuk, kita kulik teori konspirasi marketing ini dari sudut pandang Branding, Public Relations, dan Consumer Psychology.

A Business Cancel Culture: Awal Mula Cerita

“Gua sempet nonton di episode satu. Cuma memutuskan untuk berhenti karena pada akhirnya ini adalah karakter yang akan gua buat sendiri bersama director,” Pernyataan Abidzar yang mengaku tidak menonton drama aslinya menuai hujatan hebat. Mungkin Abidzar ingin menunjukkan kreativitas atau sentuhan personal dalam remake-nya. 

🚨 “Jadi, dia gak ngerti cerita aslinya?” 

🚨 “Kalau gak nonton, gimana dia bisa menghormati esensi dari drama Korea-nya?” 

🚨 “Jadi ini bukan remake, tapi versi asal-asalan?”

Twitter dan Instagram dipenuhi kritik, hingga beberapa pihak menyerukan boikot terhadap film tersebut. Seruan untuk melakukan Cancel Culture pun meledak beberapa minggu sebelum film itu tayang. 

Alih-alih minta maaf atau memberikan klarifikasi yang bisa meredakan situasi, mereka malah merilis surat terbuka yang terdengar seperti guilt-tripping netizen, yang kasarnya bilang Kenapa kalian gak dukung industri film lokal? Ada banyak kru yang ikut serta loh dalam film ini

Sekarang, bukan hanya penggemar K-Drama yang marah, tapi juga orang-orang yang tadinya netral. Yang terjadi berikutnya bukan ledakan amarah lebih besar, tapi sesuatu yang lebih berbahaya: Cuek Culture.

Cuek Culture? Nightmare-nya tim branding!

Cancel culture masih memberi peluang untuk membalikkan keadaan karena orang tetap tertarik untuk membicarakan, bahkan membela atau membahas lebih lanjut. Tapi, ketika netizen memasuki fase cuek culture, mereka tak hanya berhenti marah, tapi benar-benar tidak peduli lagi. Contohnya gini:

🚨 Orang masih membicarakan McDonald’s pasca boikot, karena ada pro dan kontra. 

🚨 Orang masih memperdebatkan Starbucks ketika ada skandal, karena brand tersebut punya value tertentu. 

Intinya, kalau di-cancel, masih ada hype. Masih ada perdebatan. Masih ada peluang redemption. Tapi kalau udah dicuekin? Game over. 

Biasanya, meski kontroversi, orang masih menontonnya hanya untuk tahu seburuk apa. Tapi A Business Proposal remake benar-benar ditinggalkan. Orang lebih memilih menonton ulang drama versi Korea yang kembali trending di Netflix.

Mungkin Falcon memang mencoba menciptakan hype negatif, tapi hasilnya? Gagal total! Netizen tidak hanya tidak peduli—mereka benar-benar cuek. Film remake tersebut tayang dengan rating anjlok dan sepi penonton, bahkan beberapa bioskop terpaksa menariknya.

Terus, Gimana Dong Cara Terhindar dari Cuek Culture?

Pernah denger Brand Ambassador Puma – Marc Cucurella yang membuang sepatu Puma-nya saat pertandingan karena licin? Reaksi publik cukup negatif karena kualitas produk tersebut dianggap tidak sesuai dengan apa yang diiklankan. Namun, Puma berhasil memanfaatkan momen tersebut dengan merilis campaign “It’s Not How You Slip, It’s How You Bounce Back.”

Dalam kampanye tersebut, Puma menampilkan video dimana terdapat siluet seseorang berambut panjang yang mirip dengan Cucurella terpeleset di belakang. Sementara Cucurella sendiri tampak bangga berdiri di samping tanda “Caution Wet Floor”, dengan sepatu Puma-nya. 

Kami sepakat bahwa langkah Puma yang memanfaatkan insiden ini untuk kampanye mereka merupakan strategi yang cukup unik. High risk, sih… tapi inilah contoh implementasi dari konsep “bad marketing is still marketing” yang berhasil dijalankan dengan baik.

Kalau kamu jadi tim marketing nya Falcon, apa yang akan kamu lakukan saat menghadapi situasi seperti ini?

Penulis: Raceka Diva

Share with
Popular Post
Archives
en_US